Nov 3, 2016

Lupa

Sepertinya, tidak ada kisah yang perlu dituangkan dalam untaian kata-kata yang tidak bermakna. Ada beberapa kisah yang dialami beberapa waktu lalu. Tetapi, setelah otakku bekerja dengan keras sejauh ini aku menarik kesimpulan hal itu tidak perlu. Tidak menarik. Terlalu membosankan.  Entahlah, aku sudah berjalan sejauh ini, selelah ini, tapi tidak ada kepuasan dalam diriku. Mungkin, Aku sudah dilahap oleh bayangan gelap kala itu sehingga aku lupa untuk bersyukur.
Angin yang berhembus dengan perlahan mengenai daun telingaku, seakan menyadarkanku untuk segera bangun dari keadaan. Terasa dingin. Aku ingin selimut, aku ingin menyelimuti diriku dari berbagai macam hal-hal yang tidak kuinginkan. Membuat benteng yang kuat walaupun aku tahu dengan sebuah selimut benteng itu akan hancur seketika. Tetapi, tak apalah, toh, pada kenyatannya aku hanya dapat diam. 
Aku menerima semuanya, karena aku lupa bagaimana caranya untuk menolak.
Selama ini, aku memang lupa bagaimana cara untuk selalu bersyukur. Aku terlalu sibuk memikirkan jalan apa yang harus kuambil, aku selalu memikirkan bagaimana lelahnya diriku sendiri menghadapi semuanya tanpa menikmati kebahagiaan kecil yang aku rasakan. Murung, menundukkan kepala, berusaha untuk tidak tersenyum karena kutakut otot-ototku tidak akan ada waktu untuk beristirahat. Apakah aku terlalu munafik dalam menjalani hidup ini? Oh, itu benar yah? Baiklah, mulai sekarang aku harus menerima bahwa hal itu merupakan fakta yang tidak dapat dibantahkan. 
Tapi, aku ingin memberikan sedikit pembelaan. Semua yang kulakukan hingga sejauh ini memiliki alasan yang dapat dikatakan sama. Aku melakukannya seolah-olah untuk membuat diriku terlihat bahagia di depan orang, membuat diriku memiliki kehidupan yang terlihat menyenangkan. Yah, jujur saja sedikit sulit. Bahkan sangat sulit untuk memperlihatkan tawamu ketika kamu merasa sedang jatuh di suatu titik paling dasar.
Bukankah itu bukan sebuah masalah? Kupikir, memang seharusnya kita memperlihatkan kehidupan kita yang menyenangkan ke orang-orang dan menutup setiap kesedihan yang kita alami. Terlalu sedikit untungnya ketika orang sedang berempati. Terlalu sia-sia untuk mengucapkan 'aku kasihan padamu' atau 'sabar yah'. 
Tuhkan, pada akhirnya aku mengatakan semuanya.
Yasudahlah, biarkan aku menuangkan isi kecil dari hatiku.

No comments:

Post a Comment

Should I restart again my life?

It's been a long time I'm not blogging again, absolutely I really missing myself write something messy in here. Yes, that's rig...